Lesbian, Gay, Biseksual,Trangander (LGBT) pada waktu ini sudah mempunyai jaringannya di seluruh dunia. Melalui jaringan ini, mereka mudah untuk mempromosikan agenda-agenda mereka dan saling bertukar maklumat. Jaringan LGBT juga sudah terbentuk di Riau dan terus berkembang di dalam kehidupan masyarakat melalui pembentukan kumpulan-kumpulan NGO yang aktif memperjuangkan hak LGBT. Walaupun cara hidup dan tuntuan kumpulan tersebut bertentangan dengan prinsip Islam dan norma kehidupan masyarakat yang normal, kegiatan LGBT terus berkembang dalam kehidupan masyarakat kini. Salah satu pendekatan yang terbaik bagi mengawal penularan dan percambahan jaringan LGBT terutamanya di kalangan umat Islam di Riau ialah melalui aktiviti dakwah. Oleh yang demikian, setiap pendakwah seharusnya peka dengan maklumat mengenai perkembangan LGBT dan memahami metode-metode yang sesuai digunakan dalam aktiviti dakwahagar mesej dakwah yang ingin disampaikan benar-benar diterima oleh madʿu, golongan LGBT.
Masyarakat Riau tidak mengakui kaum lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) karena bertentangan dengan ajaran Islam sebagai agama mayoritas di bumi lancang kuning.
“Penolakan juga karena golongan itu bertentangan dengan adat dan budaya masyarakat di negeri dan negara ini, terutama Melayu,” kata kepala Badan kasebangpol Pekanbaru.
Penolakan juga disampaikan oleh Gubernur Riau Syamsuar, yang memang mengecam keras perilaku LGBT karena tanggung jawab beliau sebagai pemimpin, orang nomor satu di Provinsi Riau. Apalagi kecenderungan perilaku LGBT ini semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Seperti diketahui, saat ini Provinsi Riau masuk 10 besar penderita HIV/AIDS di Indonesia dengan angka kumulatif sebesar 8.034 orang. Jadi, kalau Gubri Syamsuar mengecam keras perilaku LGBT dan mengancam akan memberi sanksi bagi pegawai Pemprov Riau yang terbukti LGBT, lebih karena rasa tanggung jawab sebagai pemimpin dan kecintaan beliau kepada Negeri Riau ini.
Penulis: Bayu Rinata
